Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddhadalam bidang arsitektur atau seni bangunan dapat kita lihat dengan jelas pada candi-candi.Ada beberapa perbedaan fungsi antara candi dalam agamaHindu dan candi dalam agama Buddha. Dalama gama Hindu, candi difungsikan sebagai makam.Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti
bahwa mayat atau abu jenazah
dikuburkan dalam candi. Benda yang dikuburkanatau dicandikan adalah macam-macam
benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah
yang rohnya sudah bersatu dengan dewa penitisnya. Pripih ini diletakkan dalam
peti batu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung dewa sebagai
perwujudan sang raja.
Arca perwujudan raja itu umumnya adalah Syiwa ataulambang Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudanraja. Abu jenazah raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
a. Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di
tengah-tengah kaki candi inilah
ditanam pripih.
b. Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi
arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik
diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi arca
Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi arca Ganesha.
Relung-relung untuk candi yang besar biasanya diubah.
c. Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan pada puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat dengan gambar teratai merah, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah arca itu menjadi perwujudan almarhum sebagai dewa.
Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan,candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng,candi Jago, candi Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi Muara Takus.
Beberapa peninggalan bangunan lain yang menyerupai
candi sebagai berikut.
a. Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng
Gunung
Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar, Bali).
b. Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat
ini terdapat sepuluh candi yang
dipahatkan seperti relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
c. Gapura yang berbentuk candi dan memiliki pintu
keluar masuk. Contoh candi semacam
ini adalah candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong.
d. Jenis gapura lainnya yang berbentuk seperti candi
yang dibelah dua untuk jalan keluar
masuk. Contoh candi semacam ini adalah candi Bentar dan candi Wringin Lawang
Hindu-Buddha di indonesia terhadap seni rupa
Seni rupa Indonesia banyak di pengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India adalah seni pahat atau ukur danseni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan hiasan dinding yang di ukir di tembok tembok candi yang menceritakan kehidupan di gunung mahameru.Gunung mahameru merupakan gunung tempat tinggal para dewa seperti gunung olympus di yunani yang merupakan tempat tinggal dewa zeus dan putranya hercules.
Hiasan yang terdapatpada ambang pintu atau relung
adalah kepala kala yangdisebut Banaspati (raja hutan).Jika kalian ingin melihat
contohnya secara utuh maka kalian bisa melihat gunungan pada wayang kulit.
diJawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis hewan melata
mirip buaya yang menghiasi bagian bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang
dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola
ini menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk
bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan putih
(kumala).
Pola-pola teratai ini tidakdibedakan berdasarkan
warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnyapada dinding
candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin)yang
diapit oleh dua ekor hewan atau sepasang kenariBeberapa candi memiliki relief
yang melukiskan suatu cerita.
Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan
ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap daerah memiliki keunikan.Relief di
Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (duadimensi).
Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yangdalam
sehingga memberi kesan tiga dimensi.
Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di JawaTimur
meniru gaya Jawa Tengah dengan memberikan latar belakang pemandangansehingga
tercipta kesan tiga dimensi.Relief-relief yang penting sebagai berikut.
Relief candi Borobudur menceritakan
Kormanibhangga,menggambarkan perbuatan manusiaserta hukum-hukumnya sesuai
dengan Gandawyuha (Sudhana mencari ilmu). Relief candi Roro Jonggrang
menceritakan kisahRamayana dan Kresnayana.Seni patung yang berkembang umumnya
berupapatung atau arca raja pada sebuahcandi.Raja yang sudah meninggal
dimuliakan dalam wujud arca dewa.
Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddhakini dapat kita saksikan di
candi Prambanan adalah Roro Jonggrang dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur).
Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung Airlangga
(perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.
Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddhakini dapat kita saksikan di candi Prambanan adalah Roro Jonggrang dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah adalah patung Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.
0 komentar:
Post a Comment