AD (728x90)

Recent

Contact Form

Name

Email *

Message *

Responsive Advertisement

Total Tayangan Laman

Label

Categories

Welcome To SoraBook

You can use this area to describe the Books and your blog. . This responsive template is ideal for posting many types of digital products such as e-books, audio CDs, DVDs, paintings, photographs or any form of digital art or products.

Tuesday, December 24, 2019

Kelebihan Permainan Tradisional di bandingkan dengan Gadget

Share it Please

Bermain merupakan aktivitas utama bagi anak-anak, kapanpun dan dimanapun mereka berada. Waktu yang dimiliki anak-anak selalu mereka gunakan untuk bermain, oleh karena itu bermain sering dikatakan sebagai dunia anak-anak. Melalui bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan (Purwanto, 2007). Selain itu bermain merupakan media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak (Mariani, 2008).

    Herbert Spencer pada tahun 1878, mengemukakan bahwa bermain terjadi karena adanya kelebihan energi. Gagasan Spencer ini senada dengan Schiller (1845) yang juga melihat bermain sebagai sarana untuk menggunakan kelebihan energi yang dimiliki. Anak-anak memiliki sejumlah energi yang berlebih, karena mereka tidak menggunakan energinya untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pada orang dewasa, jadi mereka memanfaatkan energi tersebut untuk bermain. Sedangkan menurut pakar lainnya, bermain adalah hal yang penting bagi orang dewasa, karena bermain berfungsi untuk memulihkan energi, bukan untuk menguras energi. Pada abad kedua puluh, tepatnya tahun 1908 muncul teori rekapitulasi dari Hall yang menyebutkan bahwa bermain adalah kegiatan yang berasal dari tahap perkembahangan evolusi manusia (binatang menjadi manusia), misalnya keinginan anak-anak untuk memanjat dan berayun sama seperti tingkah laku pada binatang. Sedangkan Gross (1901) lebih memandang bermain sebagai persiapan anak-anak menuju dewasa dengan bertindak dan berpura-pura atau berperan menjadi orang dewasa (dalam Children and Development).



    Dalam perkembangannya, muncullah teori-teori baru tentang bermain, seperti teori psikonalisa dari Freud yang beranggapan bahwa bermain memegang peranan penting dalam perkembangan emosi anak karena memiliki efek katarsis yang dapat mengatasi pengalaman traumatik dan keluar dari rasa frustasi. Selanjutnya teori kognitif dari Piaget (1962) memandang bahwa saat bermain, anak tidak belajar sesuatu yang baru, melainkan belajar untuk mempraktekkan keterampilan yang baru diperoleh. Dengan bermain, anak akan mendapatkan peran yang sangat penting, yaitu mengembangkan aspek perkembangannya, seperti aspek fisik atau motorik, melalui permainan motorik kasar dan halus, kemampuan mengontrol anggota tubuh, belajar keseimbangan, kelincahan, koordinasi mata dan tangan, dan lain sebagainya, aspek sosial emosional dan aspek kognitif. Lev Vigotsky (1978) yang juga mengemukakan teori kognitif memandang bahwa bermain bersifat menyeluruh, selain untuk perkembangan kognisi, bermain juga mempunyai peran penting bagi perkembangan sosial dan emosi anak.

    Berdasarkan teori-teori tersebut dapat dikatakan bahwa bermain mempunyai manfaat yang cukup besar, terutama bagi perkembangan anak, seperti perkembangan emosi, fisik atau motorik, kognitif, serta perkembangan sosial. Semua manfaat yang disebutkan di atas dapat kita jumpai dalam segala macam permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan alat bermain yang sudah ada sejak jaman dulu dan diwariskan secara turun temurun. Pada umumnya permainan tradisional merupakan bentuk kreativitas seseorang, karena permainan ini biasanya dibuat dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitar kita. Misalnya saja bendan, sunda manda atau engklek.

Namun sayang, kini permainan tersebut sudah jarang dimainkan. Anak-anak jaman sekarang tidak lagi tertarik dengan permainan-permainan tradisional, mereka lebih memilih permainan modern yang bentuknya lebih menarik tetapi memiliki manfaat yang lebih sedikit daripada permainan tradisional. Pada umumnya permainan modern melatih anak menjadi individualis karena sebagian besar permainan modern hanya dimainkan oleh satu orang. Selain itu permainan modern juga melatih anak untuk menjadi konsumtif karena apabila mainan tersebut rusak, mereka harus membeli mainan baru lagi.




A.                Peran Permainan Tradisional


Permainan tradisional tidak banyak dikenali oleh anak-anak zaman sekarang, terutama mereka yang tinggal di perkotaan. Padahal, memperkenalkannya pada anak dapat memperkaya wawasan berpikir dan keterampilan fisiknya. Tidak dapat disangkal , anak-anak generasi sekarang, terutama yang dibesarkan di perkotaan lebih mengenal permainan elektronik seperti komputer atau video games, ketimbang jenis permainan tradisional. Bermain games online sepertinya menjadi bagian dari keseharian dan gaya hidup anak masa kini dibanding permainan seperti bekel, gasing, engklek, gobak sodor atau congklak. Keterbatasan lahan tempat bermain, terutama di kota menambah sebab bergesernya permainan tradisional ini. Padahal permainan tradisional dapat mengisi kekosongan penanaman nilai sosial dan latihan fisik  dalam permainan modern. Berikut adalah peran permainan tradisional.
1. Memahami konsep sportivitas
Melalui permainan tradisonal, seperti lompat tali atau congklak, anak belajar bersikap sportif, yaitu bermain secara jujur, memperlihatkan sikap menghargai pemain lain, menerima kemenangan dengan sikap wajar atau menerima kekalahan secara terbuka. Namun, apabila si kecil belum mau memperlihatkan watak bermain seperti itu, anda tidak perlu khawatir. Sebenarnya sportivitas baru bisa dipahami oleh anak usia 6 tahun. Konsep menang atau kalah dalam permainan memang tidak terlalu ditekankan pada anak-anak. Hal paling baik yang bisa dilakukan orangtua adalah menghargai anak karena ia bermain dengan sikap sportif.   




2. Melatih Kemampuan fisik anak

Berbeda dengan permainan elektronik, dalam beberapa permainan tradisional seperti lompat tali, gerak fisik sangat ditekankan. Berkesempatan memainkan permainan ini amat baik untuk meyalurkan energi anak yang berlebih karena sejak usia 5-6 tahun anak memang harus banyak bergerak. perminanan tradisional semacam lompat tali juga bisa merangsang perkembangan koordinasi mata dengan anggota badan lainnya. Variasi bentuk permainan dapat lebih meningkatkan kemampuan motorik dan koordinasi tubuh anak. Demikian pula dalam permainan bekel, anak dilatih mengubah posisi biji(kuningan atau kerang) ke posisi yang lain, tanpa menyentuh biji-biji yang terletak dii sebelahnya. Aktivitas ini merupakan latihan motorik halus yang penting bagi perkembangan anak dikemudian hari.

3. Belajar mengelola emosi

Pengelolaan emosi sangat penting bagi anak agar dapat survive dalam kehidupannya. Kemampuan ini di ajarkan dalam permainan seperti lompat tali karet yang direntangkan. Pada permainan ini jika anak tiak bisa melompati ketinggian karet yang direntangkan  maka ia harus menerima kekalahannya sebagai konsekuensi dari lompatan yang kurang bagus. Keterampilan mengelola emosi semacam ini penting dipelajari, karena secara tidak langsung dapat melatih kecerdasan emosional anak dan agar di usia dewasa nanti terbiasa untuk terus mencoba.

4. Menggali kreativitas

Melalui beberapa jenis permainan tradisonal, kreatifitas anak pun terasah. Misalnya pada permainan mobil - mobilan yang dibuat dari kulit jeruk bali. Untuk membuatnya dituntut kemampuan anak berimajinasi, misalnya, bagaimana  memperhitungkan besar roda mobil-mobilan dibandingkan dengan badan mobil. Kreativitas anak juga bisa digali dalam permainan congklak. Anak dapat mencari alternatif biji selain kerang yang biasa digunakan dalam permainan congklak. Sama halnya dengan biji bekel. Meskipun biasanya menggunakan biji dari kuningan yang dijual di pasar, anak bisa menggantinya dengan kerang-kerangan. Latihan menyusun strategi bermain juga dapat di ajarkan melalui kedua permainan tradisional ini. Dari lubang congklak yang mana ia harus mulai, atau dari sisi mana ia harus mengubah posisi biji bekel. Berbeda dengan penyusunan strategi dalam permainan elektronik yang sudah terprogram, dalam permainan tradisional ini anak mengalami sendiri kenyataan secara konkrit, sehingga lebih banyak variasi yang dapat dilakukan.

5. Mengenal kerja sama

Pentingnya kerjasama juga dapat dipelajari anak melalui permainan tradisonal. Misalnya, dalam permainan ular-ularan, kerja sama sangatlah penting dalam permainan ini, si kepala ular tidak boleh lari begitu saja, melainkan harus memperhatikan anggota kelompok di belakangnya supaya tidak tertinggal dan dimakan kelompoklawan. Hanya dengan kerja sama yang baik kepala ular dapat melindungi bagian tubuh dan ekornya

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Post a Comment

© 2013 Sekolah Pagi. All rights resevered.Thetechbook Designed by Templateism